Rabu, 05 November 2014

mekanisme surga, neraka, serta moksa dalam agama Hindu


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam pembahasan kali ini disebut tentang adanya surga, neraka dan moksha. Dalam ceramah-ceramah agama, surga dan neraka ini banyak sekali disebut-sebut, tapi paling sedikit dijelaskan. Orang-orang yang rajin beribadat serta berbuat baik dalam hidupnya di dunia ini nanti setelah mati akan mendapat surga. Sebaliknya, orang-orang yang mengabaikan ibadat dan berbuat buruk di dunia ini kelak setelah mati akan masuk neraka.
Surga, mendengar kata ini membayangkan kita bahwa jikalau masuk surga maka hidup kita akan tentram dan bahagia, tetapi di dalam konsep Hindu tujuan umat beragama Hindu bukanlah surga, melainkan Moksha. Melalui swadharmaning agama kita bisa mencapai tujuan. Diibaratkan agama itu adalah sebuah perahu yang mengantarkan pedagang untuk menebrangi lautan dan ke tempat tujuannya (sarasamucchaya-14). sama halnya dengan agama, agama adalah sarana transportasi menuju tujuan kita Mokshartham Jagathita Ya Ca iti  Dharma. Kata Surga atau Sorga, didalam bahasa Sanskerta disebut Svarga. Ia berasal dari kata Svah dan Ga. kata Svah, ia berarti suka, senang, bahagia.
            Sesuai penjelasan di atas, apakah kita berpendapat Surga itu ada ataukah tidak ada, kita semua mengertikan Surga itu adalah kesukaan, kesenangan, atau hals serta keadaan yang dipenuhi oleh berbagai kesenangan-kesenangan, kenikmatan-kenikmatan, bahkan lebih jauh ada yang memberikan "perhatian pertama"-nya pada kesan bahwa Surga itu berarti kita akan dilayani oleh wanita-wanita cantik alias para bidadari yang tidak akan pernah berubah usia ke menjadi tua, para apsara yang selalu muda cantik menarik. Itulah Surga yang ada di kepala kita, sesuai penjelasan tadi, yaitu Surga berarti kesukaan, kesenangan, kenikmatan, kebahagiaan.
            Apabila kita membahas surga maka juga kita harus menyingung neraka, karena surga dan neraka sangat berkaitan erat. Surga dan neraka ada tersembunyi didalam setiap perbuatan kita sendiri. Demikian juga hasil karma kejahatan/keburukan akan mengantarkan orang ke neraka.
            “Tvi vidam narakasyedam
            Dvaram nasanam atmanah,
            Kamah krodhas tatha lobhas
            Tasmad etat trayam tyajet (bhagawadgita XVI-21)
Artinya;
     “Tiga pintu gerbang neraka jalan menuju jurang kehancuran jiwa. Ada tiga yaitu kama, krodha dan lobha oleh karena itu, ketiganya harus dihindarkan.
     Sekarang kita mengalih kepada kata Neraka, yang didalam penulisan Latin biasanya ditulis Naraka atau Naaraka. Penjelasan-penjelasan tentang Neraka, kita bisa dapatkan didalam berbagai kitab-kitab suci Veda. Khususnya yang banyak mengajarkan masalah Surga Neraka secara detail adalah kitab-kitab Itihasa dan Purana. Kalau didalam literatur Catur Veda atau bagian-bagian terdekatnya seperti Upanisad dll, perihal Surga Neraka dijelaskan lebih banyak didalam bentuk "sangketik" atau aba-aba, tanda-tanda yng sering pula tidak jelas, seperti misalnya "andham tamah pravisanti sarve", - mereka semua pergi kepada kegelapan maha pekat.
Terhadap pertanda-pertanda "sangketik" seperti itu, hanya beliau-beliau yang tertentu saja dapat mengertikannya. Tetapi, didalam literatur Veda khususnya Purana-purana dan Itihasa, Surga Neraka diberikan penjelasan yang lebih rinci bahkan dengan deskripsi yang jelas gamlang. Yang sekali membaca atau mendengar, orang tidak terpelajar pun dapan mengertikannya dengan baik.
            Penjelasan-penjelasan dengan paparan-paparan yang sangat jelas, langsung dihubungkan dengan kehidupan yang manusia alami sehari-hari, memberikan gambaran sangat jelas kepada orang-orang pada umumnya tentang Surga dan Neraka. Orang tidak lagi meraba-raba tentang apa itu Surga Neraka melainkan mereka diajak langsung "mengalami" Surga - Neraka tersebut. "Benarkah ada Neraka atau Surga?", kita tidak akan pernah mendengar pertanyaan-pertanyaan atau keraguan seperti itu dari bibir para penganut Veda atau orang-orang Hindu pada umumnya. Mereka telah "diajak mengalami" Surga Neraka itu apa, dan mereka telah menutup keraguan terhadap keberadaan Surga Neraka itu.
Kalau ada yang mempunyai keraguan tentang surga dan neraka, maka mari kita bahas bersama-sama.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas kami selaku penulis dapat merumuskan pokok permasalahan yaitu :
1.      Bagaimana Mekanisme Surga, Neraka, serta Moksa menurut Hindu?
2.      Apa perbedaan dari Surga, Neraka, dan Moksa ?

1.3 Tujuan
            Berdasarkan Latar Belakang serta Rumusan Masalah diatas, tujuan dari makalah ini adalah Agar Umat Hindu memahami mekanisme surga, neraka, maupun jalan untuk mencapai moksa. Sehingga manusia yang beragama bisa menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya dan tidak menjadi menusia yang tersesat, dsn mengerti kajian akan Pancasrdha.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Mekanisme Surga, Neraka, dan Moksa
Mekanisme surge neraka dan moksa didasari pada Pancasradha yang atinya lima keyakinan atau kepercayaan umat agama hindu dan yang menjiwai yang harus dipegang teguh dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya di dunia dan sesudahnya.

1.         Brahman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Widhi. Agama hindu mengajarkan bahwa Shang Hyang Widhi Wasa Cuma satu tidak ada duanya . Hyang Widhi adalah yang menakdirkan, maha kuasa, dan pencipta semua yang ada. Kita percaya bahwa beliau ada, meresap di semua tempat dan mengatasi semuanya “ Wyapi Wyapaka  Nirwikara.
2.         Atman, artinya Atma berasal dari  Hyang Widhi yang memberikan hidup kepada semua mahluk. Atma atau Sang Hyang Atma disebut pula Sang Hyang Urip. Manusia.
Badan adalah kebendaan yang terbentuk dari lima unsur kasar yaitu Panca Maha Butha. Di dalam badan melekat indria yang jumlahnya sepuluh ( Dasa Indria )
Atma adalah yang menghidupkan mahluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus . atma yang menghidupkan badan manusia disebut “ Jiwatman “
Badan dengan atma ini bagaikan hubungan Kusir dengan Kereta. Kusir adalah atma, dan kereta adalah badan. Indria yang ada pada badan kita tidak akan ada fungsinya apabila tidak ada atma. Misalnya, mata tidak dapat digunakan  untuk pengelihatan jika tidak dijiwai oleh atma. Telinga tidak dapat digunakan untuk pendengaran jika tidak dijiwai oleh atma.
3.         Karma artinya keyakinan tentang kebenaran adanya karma phala atau hasil perbuatan. Setiap perbuatan baik (susila) atau perbuatan buruk (asusila) yang kita lakukan pastinya nanti akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita perbuat, perbuatan baik yang kita tanam maka hasil yang kita petik pun adalah hasil yang baik pula begitu juga sebaliknya. Karma phala inilah yang akan membawa roh kita setelah meninggal akan mendapatkan tempat yang bagaimana. Sang Hyang Yamadipati sebagai Dewa Dharma tentunya akan mengadili setiap manusia sesuai dengan perbuatannya selama masih hidup di dunia, apakah akan mendapat sorga atau neraka. Surga akan dicapai oleh orang-orang yang perbuatannya didunia dia selalu berkarma baik, dalam artian pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum.
Dalam agama Hindu surga merupakan persinggahan sementara. Menurut Swami Dayananda Saraswati, surga adalah pengalaman liburan. Seperti seorang pergi ke Hawai atau ke Bali untuk bersenang-senang sebentar membelanjakan uangnya dan kemudian kembali ke rumahnya.
Bhagavad Gita mengatakan:
“Setelah menikmati surga yang luas, mereka kembali kedunia ini sesuai ajaran kitab suci. Demi kenikmatan mereka datang dan pergi”.
Surga merupakan Didalam Veda, surga digambarkan sebagai tempat yang selalu terang, bersinar dan tidak pernah ada kegelapan, Tempat berkumpulnya orang-orang suci, merupakan dunia kebaikan dan bahkan terdapat keabadian seperti yang digambarkan dalam kitab suci Rgveda XI.113.8-11
Dalam kitab-kitab purana seperti Vayu purana digambarkan bahwa surga memiliki 7 pintu gerbang bagi mereka yang melakukan :
1.              Tapa (pengendalian diri)
2.              Dana (melakukan pemberian dengan tulus ikhlas)
3.              Sama (memandang sama suka dan duka)
4.              Dama (tahan uji)
5.              Hrih (memiliki rasa malu)
6.              Arjawam (rendah hati)
7.              karuna (simpati) kepada semua mahluk
menurut filsafat : surga adalah keadaann pikian yang bahagia, asal pikiran seseorang bahagia berarti ia mendapatkan surga. surga itu tidak ada di dunia lain tetapi surga ada didunia ini yaitu ada di alam pikiran.
menurut agama : surga adalah alam tempat dimana atman menikmati kegirangan dan kebahagiaan duniawi, jika manusia selalu berkarma baik di dunia ini kelak setelah mati, atmanya akan dijemput oleh widyadari-widyadari (bidadari) untuk dibawa kesurga. Selama di surga ia ditemani dan dilayani oleh para bidadari-bidadari cantik, apa yang ia ingin akan didapatkan disurga. di alam surga terdapat Kalpa Taru atau pohon kalpa yakni pohon yang selalu mengabulkan segala keinginan manusia.
Dan sebaliknya orang-orang yang berkarma buruk di dunia maka mereka tak luput dari Neraka. Neraka disini mempunyai artian bahwa alam pikiran dimana keadaan pikiran yang menderita, jika pikiran manusia menderita, berarti ia berada dialam neraka, neraka itu ada di dunia ini yaitu ada di alam pikiran manusia.
 Menurut Agama : Neraka adalah alam tempat atman menerima hukuman, alam ini berada diluar dunia ini yakni diantara pelanet-planet di luar angkasa. jika manusia dalam hidupnya didunia ini berkarma yang tidak baik, maka nantinya jika ia meninggal atmanya akan dijemput oleh sang cikrabala, sang jogormanik dan sang suratma, untuk dihadapkan kepada dewa yama dan diadili dan menerima keputusan dimanakah atmanya akan dihukum.

 Menurut ajaran Agama Hindu bahwa tuhan yang maha adil, memberikan rahkmat kepada manusia yang bertingkah laku yang baik dan memberikan hukuman kepada manusia yang berbuat yang tidak baik atau dosa, sebab dalam ajaran agama sudah memberikan rambu-rambu mana yang boleh dilakukan manusia dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh manusia. seperti pada perempatan jalan, apabila sudah diberi tanda lampu merah, kita tidak boleh melewatinya apabila kita melanggarnya maka kita akan mendapatkan tilang dari pihak kepolisian. asalkan kita selalu taat (takwa) kepada semua peraturan yang berlaku maka kita akan selalu berada di jalanNYA dan terbebas dari alam neraka.  
4.      Punarbhawa Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya kelahiran yang berulang-ulang. Ditinjau dari katanya punar berarti musnah atau hilang, sedangkan bhawa berarti tumbuh atau lahir jadi punarbhawa berarti lahir berulang-ulang/reinkarnasi/penitisan kembali/ samsara. Kelahiran ini disebabkan oleh karma di masa kelahiran yang lampau. Jangka pembatasan dari samsara tergantung dari perbuatan baik kita di masa lampau (atita), yang akan datang (nagata) dan yang sekarang (wartamana).Adapun Punarbhawa tersebut merupakan suatu penderitaan yang diakibatkan oleh karma wesana dari kehidupan kita yang silih berganti. Tetapi janganlah memandang punarbhawa tersebut adalah negatif, karena melalui punarbhawa lah kita akan memperbaiki diri demi tercapainya tujuan kesempunaan hidup yang kita inginkan. Dalam perkembangannya hukum sebab akibat tidak selalu mendatangkan hasil atau akibatnya pada jangka waktu selama satu kehidupan. Dalam Agama Hindu, karma pala menjadi penyebab utama terjadinya proses reinkarnasi yang dikenal dengan istilah punarbhawa. Kelahiran kembali yang akan dijalani setelah meninggal bergantung pada tindakan manusia di masa lampau. Hal ini berkaitan dengan fungsi sebab akibat: karma dan akibatnya. Segala yang kita lakukan menjadi penyebab bagi kondisi kita di masa mendatang, dan kondisi kita saat ini adalah akibat dari perbuatan di masa lampau. Seperti yang dijelaskan pada karmaphala diatas orang yang berkarma baik pada duniawi mereka, maka akan mendapatkan tempat yang indah yaitu surge, begitupun sebaliknya. Dalam hal ini seseorang yang selalu berbuat baik dalam hidupnya dan bila dia meningal nanti maka rohnya akan mendapat tempat yang baik di akhirat atau di sorga. Dan bila dia lahir kembali atau bereinkarnasi lagi maka akan menjalani hidup serba kecukupan dilingkungan orang baik-baik.
5.      Moksa berarti kebebasan. Kamoksan berarti kebebasan yaitu bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari karma phala, bebas dari samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara. Karena telah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka alam kamoksam itu telah bebas dari urusan – urusan kehidupan duniawi, tidak mengalami kelahiran lagi ditandai oleh kebaktian yang suci dan berada pada alam Parama Siwa.
Alm moksa sesungguhnya bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di dunia ini, keadaan bebas di alam kehidupam ini disebut Jiwan Mukti atau moksa semasa masih hidup.
Moksa sering juga diartikan berstunya kembali atma dengan Parama Atma di alam Parama Siwa. Dialam ini tiada kesengsaraan, yang ada hanya kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam kehidupan di dunia ini ( Sukha tan pawali Duhka ).
 bagi manusia yg telah mencapai moksa berarti mereka telah mencapai alam sat cit ananda. Sat cit ananda berarti kebahagiaan yang tertinggi. Setiap manusia bisa mencapai moksa apabila ia dengan tekun mengikuti petunjuk ajaran agama. Jalan yg ditunjuk oleh agama untuk mencapai moksa adalah catur marga yoga: empat jalan menuju tuhan atau brahman.
Ciri-ciri orang yg mencapai moksa
Setiap umat manusia mampu mencapai moksa apabila ia tekun melaksanakan ajaran agamanya. Di antara ke empat jalan tersebut umat boleh melaksanakan salah satunya yang mereka mampu laksanakan sesuai dgn kondisi kehidupannya.

Catur marga artinya empat jalan atau cara untuk menghubungkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa yaitu :
1.         Bhakti Marga
Bhakti marga adalah suatu cara atau jalan untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi , beserta manifestasinya, dengan cara sujud bhakti, menyucikan pikiran,  mengagungkan kebesaran-Nya dan menghindari diri dari segala perbuatan tercela. Bhakti dibagi atas dua tingkat, yaitu :
a. Apara bhakti
b. Para bhakti
Apara bhakti ialah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan dipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian yang tinggi .
Para bhakti ialah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan bisa dipraktekkan oleh orang yang jnananya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat .
Bhakti marga adalah berupa penyerahan diri secara bulat kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan perasaan cinta kasih dan ketulusan. Istilah untuk orang yang melaksanakan ajaran Bhakti marga adalah Bhakta.
2.    Karma Marga
Karma marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan cara pengabdian atau kerja tanpa pamrih. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia yang hidup di dunia ini dan yang ingin mencapai suatu kebebasan yang tertinggi, manusia tersebut seharusnya melakukan kegiatan/kerja yang didasari dengan perasaan tulus ikhlas tanpa mengikatkan diri pada hasilnya. Istrilah untuk orang yang melaksanakan ajaran Karma marga adalah Karmin.
3.    Jnana Marga
Jnana marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan ilmu pengetahuan, unsur kebijaksanaan sangat ditekankan dalam ajaran ini. Seseorang yang menganut ajaran jnana marga harus dapat membedakan mana sebaiknya yang harus dipikirkan demi tercapainya suatu kekekalan yang abadi (moksa). Istilah untuk orang yang menganut ajaran Jnana marga dapat pula disebut Jnanin.


4.   Raja marga
Raja marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan jalan melakukan tahapan-tahapan astangga yoga yang intinya adalah pengendalian diri dan pikiran secara berkelanjutan. Delapan tahapan yang harus dilalui dalam melakukan yoga/meditasi yang diajarkan oleh Bhagawan Patanjali yang lebih dikenal Astangga Yoga terdiri dari :
·       Yama         : pengendalian diri tahap pertama
·       Nyama       : pengendalian diri tahap lanjut
·       Asana        : mengatur sikap badan
·       Pranayama  : sikap mengatur nafas
·       Pratyahara   : sikap pemusatan indria
·       Dharana     : sikap pemusatan pikiran
·       Dhyana      : sikap pemusatan pikiran yang terpusat
·       Semadi       : meditasi tahap tinggi/penunggalan Atman dengan   Brahman

Selain empat jalan tersebut terdapat empat tujuan hidup yang dijalankan oleh ajaran Hindu yang diberi istilah Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama,dan Moksa. Selain menjadi tujuan, Catur Purusa Artha merupakan cara/jalan untuk mencapai moksa itu sendiri.
Istilah lain yang digunakan untuk mendefinisikan tingkatan moksa yaitu:
1.         Jiwa Mukti : suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia,dimana atman tidak terpengaruh lagi oleh unsur-unsur maya. Jiwa mukti sama sifatnya dengan samipya dan sarupya.
2.         Wideha Mukti (karma mukti) : suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa hidup, dimana Atman telah dapat meninggalkan badan kasar, dan kesadarannya setaraf dengan Dewa, tetapi belum benar-benar bersatu dengan Tuhan karena masih ada sedikit imbas dari unsur maya yang mengikatnya. Wideha Mukti sama sifatnya dengan Salokya
3.      Purna Mukti : kebebasan yang paling sempurna dan yang paling tertinggi, dimana Atman telah bersatu dengan Tuhan. Purna Mukti sama dengan Sayujya.
Dari penerangan di atas, diterangkan bahwa moksa dan cara untuk mencapai moksa itu adalah benar keberadaannya. Kita sebagai umat Hindu wajib mempercayainya karena itu merupakan tujuan hidup kita yang terakhir.

Dalam   kepercayaan   Hindu,   yang   hidup   di   surga   maupun   neraka   hanya   jiwa. Tetapi tempat ini bukan tempat abadi. Sorga dan Neraka sekedar persinggahan sementara bagi atman yang tidak murni karena pengaruh karma wasana. Sorga bersifat sementara. Kalau sorga bersifat sementara,
Bhagawad Gita IX. 21 menyatakan: mereka menikmati sorga yang luas, dan ketika buah dari karma baik mereka habis, mereka memasuki dunia yang tidak abadi ini; demikianlah mereka yang mengikuti aturan Weda, mendambakan hasil dari perbuatan mereka, memperoleh lingkaran hidup dan mati. Jadi setelah pahala atau dosa yang ia perbuat usai ditebus dalam sorga atau neraka pada saat itulah jiwa atau roh atau atman seorang manusia siap lahir ke dunia untuk memperbaiki setiap kesalahan yang dilakukannya dalam kehidupan terdahulu dan mengalami sebuah evolusi spritualitas dan mencapai Moksa.









2.2         Perbedaan Surga dan Moksa

         Surga adalah keadaan Atma mengalami kesenangan Sementara. Dalam surga masih digambarkan adanya kesenangan yang diikuti oleh kedukaan, digambarkan adanya bidadari cantik, kursi yang mewah dan istana yang mewah. Jiwa yang mencapai surga akan bisa mencapai neraka dan selanjutnya lahir kembali ke dunia. Sedangkan Neraka adalah tempat yang menjijikkan, tempat untuk menghukum orang-orang yang berdosa. Menurut Kitab Agni Purana ada dua puluh delapan perputaran yang terdiri dari berbagai jenis Neraka. Seorang yang berdosa mungkin saja dan melalui lebih dari satu jenis Neraka. Sedangkan, Moksa adalah keadaan dimana Atma telah bersatu atau bersenyawa dengan Tuhan dan tak terbatas oleh apapun juga. Moksha merupakan tujuan terakhir, pada alam moksa tidak ada lagi suka dan duka yang ada hanyalah kebahagiaan abadi.
















BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Surga adalah alam tempat dimana atman menikmati kegirangan dan kebahagiaan duniawi, jika manusia selalu berbuat baik di dunia ini kelak setelah mati, atmanya akan dijemput oleh widyadari-widyadari (bidadari) untuk dibawa kesurga sedangkan Neraka adalah alam tempat atman menerima hukuman, alam ini berada diluar dunia ini yakni diantara pelanet-planet di luar angkasa dan Moksa adalah mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang langgeng. Menurut ajaran Agama Hindu bahwa tuhan yang maha adil, memberikan rahkmat kepada manusia yang bertingkah laku yang baik dan memberikna hukuman kepada manusia yang berbuat yang tidak baik atau dosa, sebab dalam ajaran agama sudah memberikan rambu-rambu mana yang boleh dilakukan manusia dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh manusia.


3.2  SARAN
            Sebagai umat Hindu kita harus mengetahui perbedaan antara Surga, Neraka dan Moksa sehingga kita sebagai manusia dapat melakukan hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama. Bagi umat Hindu, kehidupan ini adalah suatu perjalanan yang saling berhubungan dan berjalan terus menerus. Dalam kerangka Tuhan Maha Pengampun, Hindu menjelaskan setiap manusia selalu di berikan kesempatan untuk selalu memperbaiki dirinya dalam beberapa kali masa kehidupan untuk kemudian mencapai tujuan tertinggi dalam Hindu, yaitu Moksha. Dan agar semua umat Hindu selalu mendekatkan diri kepada Tuhan agar mudah pencapaian moksa.




DAFTAR PUSTAKA :



1 komentar: