BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam pembahasan kali ini disebut tentang adanya surga, neraka dan
moksha. Dalam ceramah-ceramah agama, surga dan neraka ini banyak sekali
disebut-sebut, tapi paling sedikit dijelaskan. Orang-orang yang rajin beribadat
serta berbuat baik dalam hidupnya di dunia ini nanti setelah mati akan mendapat
surga. Sebaliknya, orang-orang yang mengabaikan ibadat dan berbuat buruk di
dunia ini kelak setelah mati akan masuk neraka.
Surga, mendengar kata ini membayangkan kita bahwa
jikalau masuk surga maka hidup kita akan tentram dan bahagia, tetapi di dalam
konsep Hindu tujuan umat beragama Hindu bukanlah surga, melainkan Moksha.
Melalui swadharmaning agama kita bisa mencapai tujuan. Diibaratkan agama itu
adalah sebuah perahu yang mengantarkan pedagang untuk menebrangi lautan dan ke
tempat tujuannya (sarasamucchaya-14).
sama halnya dengan agama, agama adalah sarana transportasi menuju tujuan kita Mokshartham Jagathita Ya Ca iti Dharma. Kata Surga atau Sorga, didalam
bahasa Sanskerta disebut Svarga. Ia berasal dari kata Svah dan Ga. kata Svah,
ia berarti suka, senang, bahagia.
Sesuai penjelasan di
atas, apakah kita berpendapat Surga itu ada ataukah tidak ada, kita semua
mengertikan Surga itu adalah kesukaan, kesenangan, atau hals serta keadaan yang
dipenuhi oleh berbagai kesenangan-kesenangan, kenikmatan-kenikmatan, bahkan
lebih jauh ada yang memberikan "perhatian pertama"-nya pada kesan
bahwa Surga itu berarti kita akan dilayani oleh wanita-wanita cantik alias para
bidadari yang tidak akan pernah berubah usia ke menjadi tua, para apsara yang
selalu muda cantik menarik. Itulah Surga yang ada di kepala kita, sesuai
penjelasan tadi, yaitu Surga berarti kesukaan, kesenangan, kenikmatan,
kebahagiaan.
Apabila kita membahas
surga maka juga kita harus menyingung neraka, karena surga dan neraka sangat
berkaitan erat. Surga dan neraka ada tersembunyi didalam
setiap perbuatan kita sendiri. Demikian juga hasil karma kejahatan/keburukan
akan mengantarkan orang ke neraka.
“Tvi
vidam narakasyedam
Dvaram
nasanam atmanah,
Kamah krodhas tatha
lobhas
Tasmad etat trayam
tyajet (bhagawadgita XVI-21)
Artinya;
“Tiga pintu gerbang neraka jalan menuju jurang kehancuran jiwa.
Ada tiga yaitu kama, krodha dan lobha
oleh karena itu, ketiganya harus dihindarkan.
Sekarang
kita mengalih kepada kata Neraka, yang didalam penulisan Latin biasanya ditulis
Naraka atau Naaraka. Penjelasan-penjelasan tentang Neraka, kita bisa dapatkan
didalam berbagai kitab-kitab suci Veda. Khususnya yang banyak mengajarkan
masalah Surga Neraka secara detail adalah kitab-kitab Itihasa dan Purana. Kalau
didalam literatur Catur Veda atau bagian-bagian terdekatnya seperti Upanisad
dll, perihal Surga Neraka dijelaskan lebih banyak didalam bentuk
"sangketik" atau aba-aba, tanda-tanda yng sering pula tidak jelas, seperti
misalnya "andham tamah pravisanti sarve", - mereka semua pergi kepada
kegelapan maha pekat.
Terhadap pertanda-pertanda "sangketik" seperti itu, hanya
beliau-beliau yang tertentu saja dapat mengertikannya. Tetapi, didalam
literatur Veda khususnya Purana-purana dan Itihasa, Surga Neraka diberikan
penjelasan yang lebih rinci bahkan dengan deskripsi yang jelas gamlang. Yang
sekali membaca atau mendengar, orang tidak terpelajar pun dapan mengertikannya
dengan baik.
Penjelasan-penjelasan
dengan paparan-paparan yang sangat jelas, langsung dihubungkan dengan kehidupan
yang manusia alami sehari-hari, memberikan gambaran sangat jelas kepada
orang-orang pada umumnya tentang Surga dan Neraka. Orang tidak lagi meraba-raba
tentang apa itu Surga Neraka melainkan mereka diajak langsung
"mengalami" Surga - Neraka tersebut. "Benarkah ada Neraka atau
Surga?", kita tidak akan pernah mendengar pertanyaan-pertanyaan atau
keraguan seperti itu dari bibir para penganut Veda atau orang-orang Hindu pada
umumnya. Mereka telah "diajak mengalami" Surga Neraka itu apa, dan
mereka telah menutup keraguan terhadap keberadaan Surga Neraka itu.
Kalau ada
yang mempunyai keraguan tentang surga dan neraka, maka mari kita bahas
bersama-sama.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas kami selaku penulis dapat
merumuskan pokok permasalahan yaitu :
1. Bagaimana
Mekanisme Surga, Neraka, serta Moksa menurut Hindu?
2. Apa
perbedaan dari Surga, Neraka, dan Moksa ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan Latar Belakang serta
Rumusan Masalah diatas, tujuan dari makalah ini adalah Agar Umat Hindu memahami
mekanisme surga, neraka, maupun jalan untuk mencapai moksa. Sehingga manusia
yang beragama bisa menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya dan tidak
menjadi menusia yang tersesat, dsn mengerti kajian akan Pancasrdha.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Surga, Neraka, dan Moksa
Mekanisme surge neraka dan moksa didasari pada
Pancasradha yang atinya lima keyakinan atau kepercayaan umat
agama hindu dan yang menjiwai yang harus dipegang teguh dalam kehidupan
beragama dan bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya di dunia dan
sesudahnya.
1.
Brahman, artinya
percaya akan adanya Sang Hyang Widhi. Agama hindu mengajarkan bahwa Shang Hyang
Widhi Wasa Cuma satu tidak ada duanya . Hyang Widhi adalah yang menakdirkan,
maha kuasa, dan pencipta semua yang ada. Kita percaya bahwa beliau ada,
meresap di semua tempat dan mengatasi semuanya “ Wyapi Wyapaka Nirwikara.
2.
Atman,
artinya Atma berasal dari Hyang Widhi yang memberikan hidup kepada semua
mahluk. Atma atau Sang Hyang Atma disebut pula Sang Hyang Urip. Manusia.
Badan adalah
kebendaan yang terbentuk dari lima unsur kasar yaitu Panca Maha Butha. Di dalam
badan melekat indria yang jumlahnya sepuluh ( Dasa Indria )
Atma adalah
yang menghidupkan mahluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus . atma
yang menghidupkan badan manusia disebut “ Jiwatman “
Badan dengan
atma ini bagaikan hubungan Kusir dengan Kereta. Kusir adalah atma, dan kereta
adalah badan. Indria yang ada pada badan kita tidak akan ada fungsinya apabila
tidak ada atma. Misalnya, mata tidak dapat digunakan untuk pengelihatan
jika tidak dijiwai oleh atma. Telinga tidak dapat digunakan untuk pendengaran
jika tidak dijiwai oleh atma.
3.
Karma
artinya keyakinan tentang kebenaran adanya karma phala atau hasil perbuatan.
Setiap perbuatan baik (susila) atau perbuatan buruk (asusila) yang kita lakukan
pastinya nanti akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita perbuat,
perbuatan baik yang kita tanam maka hasil yang kita petik pun adalah hasil yang
baik pula begitu juga sebaliknya. Karma phala inilah yang akan membawa roh kita
setelah meninggal akan mendapatkan tempat yang bagaimana. Sang Hyang Yamadipati
sebagai Dewa Dharma tentunya akan mengadili setiap manusia sesuai dengan
perbuatannya selama masih hidup di dunia, apakah akan mendapat sorga atau
neraka. Surga
akan dicapai oleh orang-orang yang perbuatannya didunia dia selalu berkarma
baik, dalam artian pahala dari
perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum.
Dalam agama Hindu
surga merupakan persinggahan sementara. Menurut Swami Dayananda Saraswati,
surga adalah pengalaman liburan. Seperti seorang pergi ke Hawai atau ke Bali
untuk bersenang-senang sebentar membelanjakan uangnya dan kemudian kembali ke
rumahnya.
Bhagavad Gita mengatakan:
“Setelah menikmati surga yang luas, mereka kembali kedunia ini sesuai ajaran kitab suci. Demi kenikmatan mereka datang dan pergi”.
“Setelah menikmati surga yang luas, mereka kembali kedunia ini sesuai ajaran kitab suci. Demi kenikmatan mereka datang dan pergi”.
Surga
merupakan Didalam Veda, surga digambarkan sebagai tempat yang selalu terang,
bersinar dan tidak pernah ada kegelapan, Tempat berkumpulnya orang-orang suci,
merupakan dunia kebaikan dan bahkan terdapat keabadian seperti yang digambarkan
dalam kitab suci Rgveda XI.113.8-11
Dalam kitab-kitab purana seperti Vayu purana digambarkan bahwa surga memiliki 7 pintu gerbang bagi mereka yang melakukan :
Dalam kitab-kitab purana seperti Vayu purana digambarkan bahwa surga memiliki 7 pintu gerbang bagi mereka yang melakukan :
1.
Tapa (pengendalian diri)
2.
Dana (melakukan pemberian dengan tulus ikhlas)
3.
Sama (memandang sama suka dan duka)
4.
Dama (tahan uji)
5.
Hrih (memiliki rasa malu)
6.
Arjawam (rendah hati)
7.
karuna (simpati) kepada semua mahluk
menurut filsafat : surga adalah
keadaann pikian yang bahagia, asal pikiran seseorang bahagia berarti ia
mendapatkan surga. surga itu tidak ada di dunia lain tetapi surga ada didunia
ini yaitu ada di alam pikiran.
menurut agama : surga adalah alam tempat dimana atman menikmati kegirangan dan kebahagiaan duniawi, jika manusia selalu berkarma baik di dunia ini kelak setelah mati, atmanya akan dijemput oleh widyadari-widyadari (bidadari) untuk dibawa kesurga. Selama di surga ia ditemani dan dilayani oleh para bidadari-bidadari cantik, apa yang ia ingin akan didapatkan disurga. di alam surga terdapat Kalpa Taru atau pohon kalpa yakni pohon yang selalu mengabulkan segala keinginan manusia.
menurut agama : surga adalah alam tempat dimana atman menikmati kegirangan dan kebahagiaan duniawi, jika manusia selalu berkarma baik di dunia ini kelak setelah mati, atmanya akan dijemput oleh widyadari-widyadari (bidadari) untuk dibawa kesurga. Selama di surga ia ditemani dan dilayani oleh para bidadari-bidadari cantik, apa yang ia ingin akan didapatkan disurga. di alam surga terdapat Kalpa Taru atau pohon kalpa yakni pohon yang selalu mengabulkan segala keinginan manusia.
Dan sebaliknya orang-orang yang
berkarma buruk di dunia maka mereka tak luput dari Neraka. Neraka disini
mempunyai artian bahwa alam pikiran dimana keadaan pikiran yang menderita, jika
pikiran manusia menderita, berarti ia berada dialam neraka, neraka itu ada di
dunia ini yaitu ada di alam pikiran manusia.
Menurut Agama : Neraka adalah alam tempat atman menerima hukuman, alam ini berada diluar dunia ini yakni diantara pelanet-planet di luar angkasa. jika manusia dalam hidupnya didunia ini berkarma yang tidak baik, maka nantinya jika ia meninggal atmanya akan dijemput oleh sang cikrabala, sang jogormanik dan sang suratma, untuk dihadapkan kepada dewa yama dan diadili dan menerima keputusan dimanakah atmanya akan dihukum.
Menurut ajaran Agama Hindu bahwa tuhan yang maha adil, memberikan rahkmat kepada manusia yang bertingkah laku yang baik dan memberikan hukuman kepada manusia yang berbuat yang tidak baik atau dosa, sebab dalam ajaran agama sudah memberikan rambu-rambu mana yang boleh dilakukan manusia dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh manusia. seperti pada perempatan jalan, apabila sudah diberi tanda lampu merah, kita tidak boleh melewatinya apabila kita melanggarnya maka kita akan mendapatkan tilang dari pihak kepolisian. asalkan kita selalu taat (takwa) kepada semua peraturan yang berlaku maka kita akan selalu berada di jalanNYA dan terbebas dari alam neraka.
Menurut Agama : Neraka adalah alam tempat atman menerima hukuman, alam ini berada diluar dunia ini yakni diantara pelanet-planet di luar angkasa. jika manusia dalam hidupnya didunia ini berkarma yang tidak baik, maka nantinya jika ia meninggal atmanya akan dijemput oleh sang cikrabala, sang jogormanik dan sang suratma, untuk dihadapkan kepada dewa yama dan diadili dan menerima keputusan dimanakah atmanya akan dihukum.
Menurut ajaran Agama Hindu bahwa tuhan yang maha adil, memberikan rahkmat kepada manusia yang bertingkah laku yang baik dan memberikan hukuman kepada manusia yang berbuat yang tidak baik atau dosa, sebab dalam ajaran agama sudah memberikan rambu-rambu mana yang boleh dilakukan manusia dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh manusia. seperti pada perempatan jalan, apabila sudah diberi tanda lampu merah, kita tidak boleh melewatinya apabila kita melanggarnya maka kita akan mendapatkan tilang dari pihak kepolisian. asalkan kita selalu taat (takwa) kepada semua peraturan yang berlaku maka kita akan selalu berada di jalanNYA dan terbebas dari alam neraka.
4. Punarbhawa
Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya kelahiran yang
berulang-ulang. Ditinjau dari katanya punar berarti musnah atau hilang,
sedangkan bhawa berarti tumbuh atau lahir jadi punarbhawa berarti lahir
berulang-ulang/reinkarnasi/penitisan kembali/ samsara. Kelahiran ini disebabkan
oleh karma di masa kelahiran yang lampau. Jangka pembatasan dari samsara
tergantung dari perbuatan baik kita di masa lampau (atita), yang akan datang
(nagata) dan yang sekarang (wartamana).Adapun Punarbhawa tersebut merupakan
suatu penderitaan yang diakibatkan oleh karma wesana dari kehidupan kita yang
silih berganti. Tetapi janganlah memandang punarbhawa tersebut adalah negatif,
karena melalui punarbhawa lah kita akan memperbaiki diri demi tercapainya
tujuan kesempunaan hidup yang kita inginkan. Dalam perkembangannya hukum sebab
akibat tidak selalu mendatangkan hasil atau akibatnya pada jangka waktu selama
satu kehidupan. Dalam Agama Hindu, karma pala menjadi penyebab utama terjadinya
proses reinkarnasi yang dikenal dengan istilah punarbhawa. Kelahiran
kembali yang akan dijalani setelah meninggal bergantung pada tindakan manusia
di masa lampau. Hal ini berkaitan dengan fungsi sebab akibat: karma dan
akibatnya. Segala yang kita lakukan menjadi penyebab bagi kondisi kita di masa
mendatang, dan kondisi kita saat ini adalah akibat dari perbuatan di masa
lampau. Seperti yang dijelaskan pada karmaphala diatas orang yang berkarma baik
pada duniawi mereka, maka akan mendapatkan tempat yang indah yaitu surge,
begitupun sebaliknya. Dalam hal ini
seseorang yang selalu berbuat baik dalam hidupnya dan bila dia meningal nanti
maka rohnya akan mendapat tempat yang baik di akhirat atau di sorga. Dan bila dia
lahir kembali atau bereinkarnasi lagi maka akan menjalani hidup serba kecukupan
dilingkungan orang baik-baik.
5. Moksa berarti kebebasan. Kamoksan
berarti kebebasan yaitu bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari karma
phala, bebas dari samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara. Karena
telah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka alam kamoksam
itu telah bebas dari urusan – urusan kehidupan duniawi, tidak mengalami
kelahiran lagi ditandai oleh kebaktian yang suci dan berada pada alam Parama
Siwa.
Alm moksa
sesungguhnya bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di dunia ini, keadaan
bebas di alam kehidupam ini disebut Jiwan Mukti atau moksa semasa masih hidup.
Moksa sering juga
diartikan berstunya kembali atma dengan Parama Atma di alam Parama Siwa. Dialam
ini tiada kesengsaraan, yang ada hanya kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam
kehidupan di dunia ini ( Sukha tan pawali Duhka ).
bagi manusia yg telah
mencapai moksa berarti mereka telah mencapai alam sat cit ananda. Sat cit
ananda berarti kebahagiaan yang tertinggi. Setiap manusia bisa mencapai moksa
apabila ia dengan tekun mengikuti petunjuk ajaran agama. Jalan yg ditunjuk oleh
agama untuk mencapai moksa adalah catur marga yoga: empat jalan menuju tuhan
atau brahman.
Ciri-ciri
orang yg mencapai moksa
Setiap
umat manusia mampu mencapai moksa apabila ia tekun melaksanakan ajaran
agamanya. Di antara ke empat jalan tersebut umat boleh melaksanakan salah
satunya yang mereka mampu laksanakan sesuai dgn kondisi kehidupannya.
Catur
marga artinya empat jalan atau cara untuk menghubungkan diri kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa yaitu :
1.
Bhakti Marga
Bhakti
marga adalah suatu cara atau jalan untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang
Hyang Widhi , beserta manifestasinya, dengan cara sujud bhakti, menyucikan
pikiran, mengagungkan kebesaran-Nya dan menghindari diri dari segala
perbuatan tercela. Bhakti dibagi atas dua tingkat, yaitu :
a. Apara bhakti
b. Para bhakti
Apara bhakti ialah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan
dipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian yang tinggi .
Para
bhakti ialah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan bisa
dipraktekkan oleh orang yang jnananya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat .
Bhakti
marga adalah berupa penyerahan diri secara bulat kepada Ida Sang Hyang Widhi
dengan perasaan cinta kasih dan ketulusan. Istilah untuk orang yang
melaksanakan ajaran Bhakti marga adalah Bhakta.
2. Karma
Marga
Karma
marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan cara pengabdian atau kerja
tanpa pamrih. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia yang
hidup di dunia ini dan yang ingin mencapai suatu kebebasan yang tertinggi,
manusia tersebut seharusnya melakukan kegiatan/kerja yang didasari dengan
perasaan tulus ikhlas tanpa mengikatkan diri pada hasilnya. Istrilah untuk
orang yang melaksanakan ajaran Karma marga adalah Karmin.
3. Jnana
Marga
Jnana
marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan ilmu pengetahuan, unsur
kebijaksanaan sangat ditekankan dalam ajaran ini. Seseorang yang menganut
ajaran jnana marga harus dapat membedakan mana sebaiknya yang harus dipikirkan
demi tercapainya suatu kekekalan yang abadi (moksa). Istilah untuk orang yang
menganut ajaran Jnana marga dapat pula disebut Jnanin.
4. Raja
marga
Raja
marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan jalan melakukan
tahapan-tahapan astangga yoga yang intinya adalah pengendalian diri dan pikiran
secara berkelanjutan. Delapan tahapan yang harus dilalui dalam melakukan
yoga/meditasi yang diajarkan oleh Bhagawan Patanjali yang lebih dikenal
Astangga Yoga terdiri dari :
·
Yama
: pengendalian diri tahap pertama
·
Nyama :
pengendalian diri tahap lanjut
·
Asana :
mengatur sikap badan
·
Pranayama : sikap mengatur nafas
·
Pratyahara : sikap pemusatan indria
·
Dharana : sikap pemusatan
pikiran
·
Dhyana : sikap pemusatan
pikiran yang terpusat
·
Semadi :
meditasi tahap tinggi/penunggalan Atman dengan Brahman
Selain empat jalan tersebut terdapat empat tujuan hidup yang dijalankan
oleh ajaran Hindu yang diberi istilah Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha,
Kama,dan Moksa. Selain menjadi tujuan, Catur Purusa Artha merupakan cara/jalan
untuk mencapai moksa itu sendiri.
Istilah
lain yang digunakan untuk mendefinisikan tingkatan moksa yaitu:
1.
Jiwa Mukti : suatu kebebasan yang dicapai oleh
seseorang semasa hidupnya di dunia,dimana atman tidak terpengaruh lagi oleh
unsur-unsur maya. Jiwa mukti sama sifatnya dengan samipya dan sarupya.
2.
Wideha Mukti (karma mukti) : suatu kebebasan yang
dapat dicapai semasa hidup, dimana Atman telah dapat meninggalkan badan kasar,
dan kesadarannya setaraf dengan Dewa, tetapi belum benar-benar bersatu dengan
Tuhan karena masih ada sedikit imbas dari unsur maya yang mengikatnya. Wideha
Mukti sama sifatnya dengan Salokya
3.
Purna Mukti : kebebasan yang paling sempurna dan
yang paling tertinggi, dimana Atman telah bersatu dengan Tuhan. Purna Mukti
sama dengan Sayujya.
Dari
penerangan di atas, diterangkan bahwa moksa dan cara untuk mencapai moksa itu
adalah benar keberadaannya. Kita sebagai umat Hindu wajib mempercayainya karena
itu merupakan tujuan hidup kita yang terakhir.
Dalam kepercayaan Hindu, yang hidup
di surga maupun neraka hanya jiwa. Tetapi
tempat ini bukan tempat abadi. Sorga dan Neraka sekedar persinggahan sementara
bagi atman yang tidak murni karena pengaruh karma wasana. Sorga bersifat
sementara. Kalau sorga bersifat sementara,
Bhagawad
Gita IX. 21 menyatakan: mereka menikmati sorga yang luas, dan ketika buah dari
karma baik mereka habis, mereka memasuki dunia yang tidak abadi ini;
demikianlah mereka yang mengikuti aturan Weda, mendambakan hasil dari perbuatan
mereka, memperoleh lingkaran hidup dan mati. Jadi setelah pahala atau dosa yang
ia perbuat usai ditebus dalam sorga atau neraka pada saat itulah jiwa atau roh
atau atman seorang manusia siap lahir ke dunia untuk memperbaiki setiap
kesalahan yang dilakukannya dalam kehidupan terdahulu dan mengalami sebuah
evolusi spritualitas dan mencapai Moksa.
2.2
Perbedaan
Surga dan Moksa
Surga adalah keadaan Atma mengalami kesenangan
Sementara. Dalam surga masih digambarkan adanya kesenangan yang diikuti oleh
kedukaan, digambarkan adanya bidadari cantik, kursi yang mewah dan istana yang
mewah. Jiwa yang mencapai surga akan bisa mencapai neraka dan selanjutnya lahir
kembali ke dunia. Sedangkan Neraka adalah tempat yang menjijikkan, tempat untuk
menghukum orang-orang yang berdosa. Menurut Kitab Agni Purana ada dua puluh
delapan perputaran yang terdiri dari berbagai jenis Neraka. Seorang yang
berdosa mungkin saja dan melalui lebih dari satu jenis Neraka. Sedangkan, Moksa adalah keadaan dimana Atma telah bersatu atau
bersenyawa dengan Tuhan dan tak terbatas oleh apapun juga. Moksha merupakan
tujuan terakhir, pada alam moksa tidak ada lagi suka dan duka yang ada hanyalah
kebahagiaan abadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Surga
adalah alam tempat dimana atman menikmati kegirangan dan kebahagiaan duniawi,
jika manusia selalu berbuat baik di dunia ini kelak setelah mati, atmanya akan
dijemput oleh widyadari-widyadari (bidadari) untuk dibawa kesurga sedangkan Neraka adalah alam tempat atman menerima hukuman,
alam ini berada diluar dunia ini yakni diantara pelanet-planet di luar angkasa dan Moksa adalah mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani
yang langgeng. Menurut ajaran Agama Hindu
bahwa tuhan yang maha adil, memberikan rahkmat kepada manusia yang bertingkah
laku yang baik dan memberikna hukuman kepada manusia yang berbuat yang tidak
baik atau dosa, sebab dalam ajaran agama sudah memberikan rambu-rambu mana yang
boleh dilakukan manusia dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh manusia.
3.2 SARAN
Sebagai umat Hindu kita harus mengetahui perbedaan antara Surga, Neraka
dan Moksa sehingga kita sebagai manusia dapat melakukan hal-hal yang sesuai
dengan ajaran agama. Bagi umat
Hindu, kehidupan ini adalah suatu perjalanan yang saling berhubungan dan
berjalan terus menerus. Dalam kerangka Tuhan Maha Pengampun, Hindu menjelaskan
setiap manusia selalu di berikan kesempatan untuk selalu memperbaiki dirinya
dalam beberapa kali masa kehidupan untuk kemudian mencapai tujuan tertinggi
dalam Hindu, yaitu Moksha. Dan agar semua umat Hindu selalu mendekatkan diri
kepada Tuhan agar mudah pencapaian moksa.
DAFTAR PUSTAKA :